Namanya Evie, sebuah nama yang indah dan cantik, secantik wajahnya. Aku sangat suka melihat matanya yang bulat dan bening. Memandang mata itu, perasaanku selalu menjadi tenang dan damai. Rambut ikalnya yang kecoklatan membuat wajahnya semakin menarik. Senyum manis selalu tersungging di bibirnya yang indah bila aku menemaninya bermain.
Aku bangga bisa memberikan nama Evie padanya, nama yang artinya “kehidupan”. Sejak tujuh tahun yang lalu dia hadir di dunia ini aku berjanji dalam hatiku, aku akan mencintainya dengan sepenuh hatiku. Ya, Evie adalah hidupku…
Siang itu aku sibuk di dapur, membuat 40 kue coklat pesanan tetanggaku yang akan diambil sore harinya. Evie datang dan segera menghampiriku yang masih berkutat dengan adonan kue.
“Mama membuat kue, aku bantu ya ?”
“Tidak usah Evie. Kamu main di kamar saja.”
Aku sibuk dengan adonan kue itu, sehingga tak sempat lagi memperhatikan Evie. Sampai sebuah suara piring pecah terdengar dan terlihat wajah Evie yang ketakutan. Kelelahan membuatku tak bisa berpikir jernih. Kumarahi Evie dengan keras tanpa perduli permintaan maafnya.
“Masuk ke kamarmu, sekarang!”
Kubereskan pecahan piring itu, masih dengan hati dongkol.
***
Tiga jam kemudian, selesai sudah kue-kue itu. Aku menghela nafas lega, dan tiba-tiba saja aku teringat Evie. Sejak kumarahi tadi, Evie tidak keluar kamar. Bergegas kuhampiri kamar Evie dan membukanya perlahan. Evie sedang duduk di kursi, mejanya berantakan. Kertas dan spidol berserakan di sana. Kuraih kertas itu, hatiku bergetar …
“Evie, maafkan Mama.”
Evie mengangguk seiring dengan bulir bening yang bergulir di pipinya. Kupeluk Evie erat dengan mata yang memanas.
Sejujurnya hatiku diliputi haru melihat kertas di meja itu. Kertas bergambar seorang wanita dan anak kecil, di bawahnya tertulis “I Love Mama”.
Sedih, haru dan bangga membalut perasaanku. Gambar itu sangat sederhana, tapi buatku itu bukti cinta dan perjuangan, yang dibuat dengan susah payah memakai mulutnya, sebagai ganti tangan dan kaki yang tak dimilikinya….
wod : 300
ps : terinspirasi sosok Nicholas James Vujicic yang akrab dipanggil Nick.
terharu di akhir
yang nulis juga terharu ..
hiks…hiks…
hikss …
Bikin terharu… 🙁
pelukkk ..
akhirannya bikin syok, pantas mecahin piring pasti sulit ngambilnya ya
Iya, dalam keadaan seperti itu mungkin harus latihan terus2an ya
miris dan sedih…ngebayangin anak kecil bergerak susah payah… 🙁
Iya, nggak sampai hati ngebayangin nya ..
jadi Evie itu… *usap air mata*
salam kenal mbak. ceritanya bagus
makasih, salam kenal juga ya 🙂
kekurangannya adalah kelebihannya
Bener mbak Niken ..
ceritanya menyentuh. dari awal rasanya lembut dan sayang yang dalam. tapi tiba-tiba ada bentakan. agak mengganjal…
awal nulis sih di bagian tengah ada beberapa kalimat lagi. Trus dipangkas2 biar dapet 300 kata, jd begini he he.. Makasih mbak La 🙂