Hening. Lelaki itu hanya menatap gelas berisi kopi pahit di tangannya. Perempuan di sampingnya menatap wajah kelam lelaki itu.
“Apa hanya ini satu-satunya cara, Pak?”
“Ya, hanya itu. Kita tak punya cara lain.”
“Andai bayi kita tidak sungsang posisinya, aku tidak perlu operasi. Ternyata biaya operasi itu besar sekali ya.”
“Sudahlah, jangan mengeluh. Yang penting kita harus bisa mengambil bayi kita yang ditahan di rumah sakit itu.”
“Iya, Pak. Aku ingin cepat-cepat membawanya pulang.”
Lelaki itu menghela napas panjang. Setelah jeda yang begitu lama, lelaki itu menghabiskan isi gelasnya dengan sekali tegukan.
**
Lelaki itu dan si perempuan duduk berdampingan. Si perempuan duduk sambil menyusui bayinya. Tangannya terulur, mengelus lembut kepala sang bayi.
“Ibu bahagia bisa bersamamu, Nak,“ bisik perempuan itu pada bayinya.
“Ayah janji akan bekerja lebih keras, agar kamu tumbuh dengan sehat.” Si lelaki ikut berbisik di telinga sang bayi.
Dipeluknya sang perempuan beserta bayinya, berusaha memberikan kehangatan dalam dinginnya malam, di rumah baru mereka. Sebuah rumah dari kardus-kardus bekas, pengganti rumah gubuk mereka yang sudah dijual untuk biaya operasi bersalin di rumah sakit.
Kepasrahan yang sederhana berbalut kehangatan hati begitu sempurna menghantar malam itu ke peraduannya…
word : 190
Semoga segera mendapat rejeki buat beli rumah lagi. Pengorbanan demi sang buah hati.
iya, demi si buah hati apapun akan dilakukan ..
Sekarang Jampersal atau Jaminan Persalinan masih berlaku loh, Mbak. Tapi ya di puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Operasi juga gratis asal sesuai indikasi. Hehehe
Jampersal masuk dalam Jamkesmas juga yaa..
demi kau dan si buah hati… aku rela beginiiiii…. 🙂
he he .. 🙂
wah laporin ke Jokowi nih … siapa tau bisa dibantu 😀
ayyoo 🙂