Pernah denger roti buaya?
Roti buaya merupakan roti khas Betawi, rotinya berbentuk buaya, panjangnya sekitaran satu meter. Biasanya disajikan dalam upacara pernikahan adat Betawi. Katanya sih buaya hanya kawin sekali dengan pasangannya, karena itulah roti buaya ini dipercaya melambangkan kesetiaan dalam perkawinan. Terus kenapa ya, lelaki yang suka gonta-ganti pacar, dibilang lelaki buaya darat? hohoho 😀
Dulu, roti buaya merupakan roti tanpa isi yang dibuat sekeras mungkin. Makin keras roti, makin baik kualitasnya. Roti yang keras kan nggak enak dimakan? Yup, jadi roti ini memang nggak untuk dimakan, tapi hanya dipajang di tengah ruangan sampai acara pernikahan usai. Setelah itu disimpan di atas lemari pakaian di kamar pengantin, dibiarkan hingga hancur dan berbelatung. Ini melambangkan bahwa suami istri hanya bisa dipisahan oleh maut.
Nah, roti buaya sekarang ini sudah beda dengan dulu. Roti buaya dibuat manis dengan isian cokelat, keju, atau selai buah-buahan dan teksturnya empuk dan lembut, nggak keras. Ukurannya juga beragam, dari yang panjang hingga versi kecil yang tentunya jauh lebih praktis untuk dimakan.
Pada pernikahan Betawi zaman sekarang, roti buaya kadang dibagikan kepada para tamu setelah acara pernikahan selesai. Para tamu akan menikmati roti buaya dengan mencelupkannya ke dalam sirup.
Coba browsing resep roti buaya, beragam resep roti buaya akan bermunculan. Aku ambil resep yang ada di postingan ini.
Resep Roti Buaya
Dikutip dari buku ‘Bisnis Roti’ karya Eddy Setyo Mudjajanto dan Lilik Noor Yulianti
Bahan-bahan
500 gr terigu protein tinggi
100 gr gula pasir
100 gr margarin
1 bungkus ragi instan
50 gr susu bubuk full cream
4 butir kuning telur
200 ml air
Cara membuat
1. Campurkan ragi dan air, aduk hingga larut, tambahkan telur, aduk rata. masukkan terigu, gula dan margarin lalu uleni hingga kalis.
2. Tutup adonan dengan kain dan diamkan selama 1 jam hingga adonan mengembang.
3. Kempiskan adonan dan isi dengan isian sesuai selera. Bentuk adonan menjadi bentuk buaya. Buat sisik, mulut dan mata buaya dengan menggunting permukaan adonan. Diamkan roti selama 15 menit.
4. Olesi roti dengan campuran kuning telur dan air. Panggang hingga matang sekitar 10 hingga 15 menit dalam oven bersuhu 150 derajat Celsius.
5. Angkat adonan dan sajikan segera.
Bahan Roti Buaya

Ini beneran bingung membentuknya. Mau pakai telenan kok kurang panjang, akhirnya di lantai aja yang dialasi plastik terlebih dahulu biar nggak kotor
Oven tangkring ukurannya nggak terlalu besar, jadi bentuk buayanya disesuaikan juga dengan ukuran loyang dan oven
Hasil guntingan untuk sisik-sisik buaya jadi nggak begitu keliatan
Nah, langsung praktek deh, aku membuat separoh resep aja karena ukuran oven tangkringku nggak begitu besar. Inilah hasilnya!
Ini buaya apa cicak???
Gagal! Nggak mirip banget bentuknya dengan buaya, ya kan? Menurutku bentuknya malah mirip cicak. Waktu foto roti buaya ini ku upload di IG, komentar beragam. Ada yang bilang mirip cicak, tokek dan ada yang bilang mirip kadal hahaha.
Kalo rasanya sih emang enak, teksturnya juga lembut. Cuma ya itu, bentuknya nggak ada mirip-miripnya dengan buaya.
Di resepnya, setelah dibentuk dan digunting didiamkan dulu 15 menit baru dioven, aku ngikutin resepnya. Tapi karena didiamkan, adonan kan mengembang, jadi hasil guntingan untuk sisik-sisik buaya malah hilang, nggak keliatan.
Karena penasaran, aku coba bikin lagi roti buaya untuk kedua kalinya. Bagaimana hasilnya? Tetap gagal! *nangis bombay hiks.
Kali ini setelah dibentuk, aku diamkan dulu, baru waktu mau masuk oven, adonannya kugunting. Emang sih jadi masih keliatan sisik-sisiknya, tapi ya itu bentuknya malah nggak tau deh mirip binatang apaan. Bayi dinosaurus kali, ya! hahaha. Beneran, nggak ada miripnya dengan buaya, cicak atau tokek. Badannya terlalu gendut, ekornya kurang ramping, mulutnya kurang panjang.
Kalo dipandang, lama-lama jadi ngeri juga. Bukan ngeri karena bentuk roti buayanya serem, tapi ngeri liat perutnya yang gendut itu. Pas di oven, kan tambah ngembang, hiiy jadi ngeri rotinya pecah karena terlalu gendut 😀
Mau tau hasil setelah dioven?
Inilah diaaaaaa!!
Ssssttt! Ketawanya jangan kenceng-kenceng yaaaa 😀
Ini binatang apaan?? Entahlah!
Duh, emang nggak bakat deh kalo soal bentuk membentuk adonan gini. Nanti kalo nyoba bikin untuk yang ketiga kalinya, biar anakku aja kumintai tolong membentuknya. Mungkin mereka lebih bisa menggambarkan buaya itu seperti apa hahahaha 😀
Penasaran, mau mencoba membuat roti buaya enak dan lembut juga? Hayuk! Kalo sudah jadi, ntar colekin aku ya, pengin liat bentuk buayanya jadinya seperti apa nanti 😀
Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Roti_buaya
https://food.detik.com/read/2015/06/22/063018/2948277/297/secara-tradisi-betawi-roti-buaya-tidak-untuk-dimakan-apalagi-dibagikan
Yaampun mba Lianny, bikin roti buaya! Telaten banget sih. Dan beneran itu tampak ngeri, gede banget jadinyaa
hihi aku juga ngeri sendiri Noe 😀
Hehehe.. jadi lucu ya buayanya… berarti yang bikin roti buaya punya keahlian khusus ya supaya buayanya terlihat cantik…
Iya juga Vin, jadi seperti buaya beneran, nggak seperti ini haha
Kreatp bgt mb li, andae aku ada oven pingin deh trial2 aneka kue gini
lagi pengin nyobain bikin roti buaya 🙂
Ahhh kereeen banget mbaak bisa bikin roti buaya. Ternyata ngak sulit jug ya
Nggak sulit, cuma membentuk adonan jadi mirip buayanya yang susah buatku, gagal terus 🙂
Asih mbak saya ngikik dini hari ini lihat buaya yang beragam bentuknya 🙂
pasti seru buatnya. Semangat!
Ngikiknya jadi keras-keras ya mba hihi
aku geliiii lihatnya. Seperti tokek raksasa yang masuk oven. Tapi enak kan…
Enaaak *duh jadi ngebayangin tokek raksasa nih 😀
Hihi tapi bagus kok mba bentuknya, masih terlihat sejenis binatang reptil juga 😉 btw, aku baru tau lho sejarah roti buaya, dan aneh banget roti sampe dibiarin mblatung gitu, kan mubadzir ya huehehee, tradisi oh tradisi..
tradisi zaman dulu, aku juga baru tau saat googling roti buaya 🙂
Anakku liat foto rotinya langsung bilang: “Wiiihh, buaya,” hehe
Aku selama di Jkt belum pernah makan roti itu mbak. TFS resepnya kapan2 klo punya oven mau bikin ah.
Btw ovenmu itu merk apa mbk?
Aaaah senangnya, berarti masih ada mirip-miripnya dengan buaya meski dikit ya hahaha.
Ovenku cuma oven tangkring mba, merk buterfly.
roti buaya, udah sering dengernya tapi belum pernah makannya. eh btw itu filosofi roti buaya jaman dulu dalem juga yaaak, cuma emang jadi tanda tanya kenapa jaman sekarang justru jadi simbol laki-laki mata keranjang hihihii
hahaha iya nih kenapa ada julukan buaya darat 😀
Itu yang kedua kayaknya ekornya lebih gendut daripada badannya hihihi. Saya tau roti buaya. Tetapi belum pernah sekalipun memakannya 🙂
Nah itu, ekornya kegendutan hahaha
Rotinya pada gembul mbak, btw mata buayanya seperti mata naga ya. Eits liang liong juga matanya persis itu hehe. Wah enak bisa bikin roti, di rumah oven ntah ditaruh mana.
Biin roti sesekai aja, nggak sering-sering amat sih 😀
Tapi mantap lah mbak lianny, kan kalo gini jadinya bisa makan besar ? Uhukk…… Apalah daya aku cuma bisanya makan 🙂
Faisol harus banyak makan yg bergizi hihi, anak sekolah banyak aktifitasnya.
Waduh, seriusan itu bikin sendiri roti buaya mbak?
Sungguh dirimu ini penuh dedikasi deh, aku kagum hehehe.
Waktu sodara sunatan ada roti buaya juga, dan aku serem gitu lihatnya hahaha
*anaknya agak cemen*
Aku belum pernah makan roti ini mba. Itu mirip bgt ya ama buaya. Lucu juga takut makannya
Lucu banget ya roti kayak giniiii ???
cantik jadinya mbak tuh kue… kl saya gak tega makannyaaaa 🙂 BTW, iya ya… kl buaya adalah hewan yg setia kenapa laki2 yg doyan gonta ganti pasangan dibilang laki2 buaya? :)))))
haha iya, kenapaaaa? 😀
Kalau saya baru tahu soal roti buaya. Kata teman Buaya itu katanya hewan paling setia. Makanya roti buaya jadi lambang cinta dan kesetiaan.