Personal

Diskusi Buku Sang Patriot : Serangkaian Cinta

 

Buku Sang Patriot – Sebuah Epos Kepahlawanan –

Novel Sang Patriot menceritakan perjuangan Moch. Sroedji -mantan Komandan Brigade III Divisi I Damarwulan- melawan Belanda di Jember pada tahun 1942 – 1949. Salah satu perguruan tinggi di Jember telah menggunakan nama pahlawan ini yaitu Universitas Mochammad Sroedji. Sedangkan monumen kedua Letkol Mochammad Sroedji bisa dilihat di depan kantor bupati Jember.

diskusi buku sang patriot rri jember1

Irma Devita, sang penulis adalah cucu dari Moh. Sroedji sendiri. Cerita ini ditulis berdasar kisah nyata Moh Sroedji, tentu dengan melalui serangkaian riset dan pengumpulan data yang mendalam.

 

Diskusi Buku Sang Patriot, Jember 12 Juni 2014

Pagi itu hari Kamis, 12 Juni 2014 pukul 09.00  12.00 diadakan diskusi buku Sang Patriot bersama mbak Irma Devita di RRI Jember. Acara ini juga disiarkan langsung oleh RRI mulai pukul 09.00 – 10.00. Seminggu sebelumnya mak Priit Api Kecil mengirim inbox di FB, mengabarkan kalau akan diadakan diskusi buku Sang Patriot ini. Senang sekali akhirnya bisa ikut hadir dalam acara tersebut sekalian kopdar dengan para blogger lainnya.

diskusi buku sang patriot rri jember2

Aku tiba di RRI sekitar pukul 09.15 dan sampai di sana aku sempat bingung mencari ruangan tempat acara akan berlangsung. Saat akan bertanya pada beberapa orang yang berada di situ, eh mak Priit muncul dari sebuah ruangan. Meskipun belum pernah bertemu, tapi wajah mak Prit yang biasa kulihat di Facebook itu familiar banget *dan sepertinya mak Prit juga langsung mengenaliku karena senyum manisnya itu langsung mengembang begitu melihatku 🙂 Selain itu aku juga bertemu dengan suaminya, mas RZ Hakim yang kukenal untuk pertama kali di dunia maya gara-gara kami sama-sama memenangkan suatu lomba blog yang diadakan oleh blogger Semarang, dengan tema blonek – blogger nekat *entah dengan mas RZ Hakim sendiri, ingat atau tidak? 🙂

Saat datang ke RRI, acara masih belum mulai, jadilah aku akhirnya bengong sendiri di tempat dudukku, karena tidak kenal dengan semua yang hadir di situ. Mak Priit sendiri termasuk panitia, jadi sibuk banget tentunya. Blogger lainnya mana nih, kok nggak ada yang datang? Tak berapa lama kemudian datang seorang blogger cantik dari Bondowoso, mak Widyanti. Syukurlah ada satu teman blogger, tentunya berdua lebih baik daripada ber”satu” hahaha 🙂 Hadir dalam acara ini banyak yang dari veteran dan kaum muda Jember.

Secara garis besar, inilah rangkaian acara dalam Diskusi Buku Sang Patriot :

  1. Acara dimulai sekitar pukul 09.45 dengan sambutan dan pembacaan doa.
  2. Penuturan Irma Devita tentang proses pembuatan buku Sang Patriot.
  3. Pandangan dari akademisi dan budayawan Jember.
  4. Pembacaan puisi oleh adik Bintang dan pemutaran lagu karya seorang anak muda Jember.
  5. Penuturan Marjolein, perempuan muda asal Belanda.
  6. Tanya jawab
  7. Pemutaran video jejak-jejak Sang Patriot.
  8. Penutup.

Hadir pula mendampingi mbak Irma Devita, anak ke 3 dan ke 4 Moch. Sroedji yakni Sudi Astuti dan Pudji Redjeki Irawati Sroedji.

 

Apa yang terucap pada akhirnya akan musnah

tetapi yang tertulis akan tetap abadi …

 

Mbak Irma Devita menuturkan bahwa pembuatan buku Sang Patriot membutuhkan waktu lama, melalui serangkaian riset dan data. Selain itu dituturkan juga tentang DNA memory, yang membuatnya seakan masuk menjadi tokoh-tokoh yang ditulisnya. Perasaan jatuh cinta, ketakutan, kesedihan dan kengerian seakan dialaminya sendiri. Dan ini tentunya sangat berat buat mbak Irma, sehingga memerlukan jeda untuk melanjutkan menulis kembali. Berulang-ulang seperti itu, sampai akhirnya novel ini selesai dibuat.

Novel ini menggambarkan serangkaian cinta yang mendalam, yang pertama adalah cinta Moch. Sroedji kepada bangsa dan tanah air Indonesia, sampai beliau rela gugur berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Cinta yang kedua adalah cinta Rukmini kepada suaminya yang begitu besar, sampai Rukmini tak mau menikah lagi sampai akhir hayatnya. Dan yang ketiga adalah cinta Irma -sang cucu- kepada kakek dan neneknya sehingga Irma menuntaskan janjinya kepada sang nenek untuk menuliskan kisah perjuangan kakek tercinta.

diskusi buku sang patriot rri jember

Dalam diskusi ini pula, hadir Marjolein asal Belanda. Seperti halnya mbak Irma yang mencari data tentang kakeknya, begitu pula dengan Marjolein ini. Marjolein bercerita tentang kakeknya yang karena wajib militer akhirnya harus ikut berperang saat itu. Marjolein merasa malu dengan apa yang dilakukan oleh nenek moyangnya jaman dulu, yang telah mengakibatkan banyak gugurnya para pahlawan bangsa Indonesia. Dan keluarga Irma Devita mau menerimanya dengan baik tanpa dendam, itu sungguh hal yang luar biasa.

Dalam sesi tanya jawab, terdapat satu pertanyaan : Kenapa Moch. Sroedji tidak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Patrang Jember? Mbak Irma menjawab, sebenarnya jawabannya ada di puisi Sajak Sang Pejuang (hal 253). Disitu tertulis bahwa Moch. Sroedji ingin dimakamkan diantara rakyat jelata dan ingin dikenang secara sederhana saja, yaitu dengan menyejukkan pusara beliau hanya dengan doa.

Saat mbak Irma membacakan puisi ini, kembali ada keharuan yang hadir diantara para hadirin. Padahal sebelumnya, Bintang sudah membacakan puisi yang sama. Dua kali puisi ini dibacakan dan dua kali pula aku jadi ingin menitikkan air mata hiks… Keharuan yang sama hadir saat lampu dimatikan dan dilakukan pemutaran video jejak-jejak sang patriot setelah sesi tanya jawab tadi.

Menutup diskusi ini mbak Irma berharap sejarah Moch. Sroedji itu masuk dalam kurikulum pendidikan. Mungkin bisa dimasukkan dalam muatan lokal pelajaran sejarah di Jember, agar warga Jember bisa mengetahui dan kenal dengan pahlawan daerahnya sendiri.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jember Bambang Hariyono yang hadir dalam acara ini mengatakan bahwa beliau menyambut baik dan mendukung usulan tersebut, tetapi perlu kajian lebih lanjut tentunya.

Lewat bukunya, mbak Irma berharap agar perjuangan Moch. Sroedji yang luar biasa dapat dikenang dan memberikan keteladanan yang bermanfaat bagi generasi masa kini dan mendatang.

Mbak Irma juga berharap agar masyarakat, khususnya generasi muda, tidak hanya mengenal tokoh pahlawan luar negeri yang notabene fiktif belaka seperti Superman, Spiderman tetapi hendaknya juga mengenal tokoh pahlawan lokal di negara Indonesia sendiri, sehingga bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat.

Semoga novel ini bisa menggugah jiwa nasionalisme para generasi muda untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa tercinta ini.

 

diskusi buku1* Foto bersama Irma Devita, kel. Moch. Sroedji, mak Priit dan mak Widyanti *

 

***

 

3 Comments

  1. Lidya June 23, 2014
    • Lianny June 24, 2014
  2. hanari July 5, 2014

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.