Setelah obrak-abrik blog sendiri, akhirnya aku memilih postingan dengan judul: Tuhan Sayang Kau, Kak sebagai postingan yang paling berkesan dan “berbeda” dari postinganku lainnya di tahun 2014. Postingan ini sangat berkesan buatku, bukan karena ini adalah postingan paling indah, paling bagus, paling lucu atau paling inspiratif dibandingkan postingan lainnya. Postingan ini adalah postingan yang paling membutuhkan energi luar biasa saat menuliskannya. Ya, postingan berbentuk surat ini memang kubuat untuk kakakku, tepat 10 hari saat kakak meninggal.
Malam itu, anak-anak sudah tidur dan suami masih di luar kota. Saat sepi seperti itu, ada kerinduan dalam hati ini kepada kakak. Memang, sekembalinya dari rumah duka di Sidoarjo, wajah kakak masih saja hadir, berputar-putar di memori ingatanku. Kenangan masa kecil saat bermain bersama dengan kakak, perjuangan kakak menghadapi sakit yang dideritanya sampai pada pertemuan terakhir kami, beberapa bulan sebelum kakak meninggal.
Sehari setelah kakak meninggal, aku sampai di rumah duka. Saat melihat wajah kakak sebelum penutupan peti, aku melihat wajahnya terlihat begitu segar dan cantik, lebih cantik dari biasanya. Bibirnya juga seolah tersenyum kepada kami. Kakak terlihat cantik, entah karena sudah dimandikan dan dibedaki setelah dia meninggal, aku tak tau. Tapi mama, keluarga dan semua yang melayat mengatakan hal yang sama. Berarti bukan aku saja yang berperasaan seperti itu. Seakan kakak ingin mengatakan kalau dia sudah tenang dan damai di tempatnya yang baru.
Hati ini begitu pedih mengingat semua itu, apalagi saat melihat berbagai benda pemberiannya untukku, dan juga saat membaca sms yang masih ada di hpku. Aku membayangkan juga wajah papa dan mama yang teramat kehilangan, juga kakak sulung dan adikku.
Entah kenapa, setiap mengingatnya, air mataku selalu saja mengalir tanpa dapat kutahan. Inikah rasanya kehilangan orang tercinta? Rasanya begitu menyakitkan. Malam itu kutumpahkan semua kerinduanku di postingan itu, perlu energi yang banyak dan waktu yang agak lama menyelesaikannya, karena sebentar-sebentar aku harus mengusap air mata yang mengalir deras di wajahku. Cengeng ya? Mungkin, tapi aku bisa sedikit lega saat menuntaskan tulisan itu. Kalau biasanya satu postingan bisa selesai tidak sampai dari setengah jam, postingan kali ini mungkin hampir satu jam lamanya.
Kenapa aku memberinya judul : Tuhan Sayang Kau, Kak. Itu karena kami sekeluarga, meski merasa sedih dan kehilangan, tetapi kami meyakini bahwa inilah jalan terbaik yang dikehendaki Tuhan. Kami meyakini bahwa Tuhan sungguh menyayangi kakak, sehingga Dia memanggilnya pulang ke tempat yang kekal. Tuhan tak ingin kakak merasakan rasa sakit lagi. Ya, Tuhan sudah membebaskan kakak dari semua penderitaannya.
Kalau ditanya apakah kekurangan dan apa yang perlu diperbaiki dari tulisan itu? Memang ada yang harus kuperbaiki, bukan postingan itu tapi hatiku. Saat menuliskan postingan itu, aku masih dipenuhi emosi dan rasa kehilangan yang mendalam, sehingga masih terasa berat melepas kepergian kakak. Kini meski rasa kehilangan itu tetap ada, tapi aku semakin sadar, melepas kepergian kakak, bukanlah dengan air mata dan berduka terus menerus, melainkan dengan keikhlasan dan lantunan doa agar kakak tenang di rumahnya yang baru. Sekarang, kami sudah mengikhlaskan kepergiannya dengan tenang.
word : 483
Tuhan sepertinya lebih sayang kakak mak lianny ya :’)
Saya jadi ikutan belajar ikhlas kalau ada kisah kaya gini, hiks
Iya mak Shinta, Tuhan sayang banget dg Kakak, karena itu Dia memanggilnya pulang.
Mbaaaak, aku jd ikutan mrebes mili bacanya. Ikhlas memang tidak mudah, tapi Tuhan memang menyayangi Kakak ya mbak.
Gudlak ngontesnya mbak 🙂
Makasih Orin, kami sekeluarga sudah mengikhlaskannya.
memang sedih ya ditinggal orang2 yang kita sayangi. berat tetapi itu sudah takdir yg harus dijalani. Semoga menang GAnya
Iya, memang berat tapi harus dijalani ya,
Makasih 🙂
ikut sedih baca ini,peluk mak liany
makasih mak Hana *hug
hiks, jadi nangis bacanya..peluk mak Lianny…
Makasih ya mak Dedew *peluk balik 🙂
belajar ikhlas memang susah susah gampang…
Iya benar, tapi klo kita bisa ikhlas, hati rasanya jadi terasa damai ya 🙂
Saya datang dan sudah membaca “Self Reflection” di blog ini
Terima kasih telah berkenan untuk ikut lomba saya ya
Semoga sukses
Salam saya
#57
Makasih Om, GA nya unik 🙂
salut sama ketegaran hatimu mak Lianny, dirimu termasuk orang yang tangguh. Percaya sama yang diatas ,kalau sang kakak sudah berbahagia di sisi-Nya. Slm sukses utk GAnya y 🙂
Makasih mak Tanti 🙂
ikut sedih habis bacanya.. T_T
semoga kakaknya mendapatkan tempat yg terindah disisi-nya 😀
amin. Makasih 🙂
Ikut sedih membacanya kisah ini, dan memang berat namun kita harus bisa belajar mengikhlaskannya.
Semoga sukses ngontesnya Mba 🙂
Makasih Awan.
kehilangan orang tercinta memang berat mak..aku meraskannya waktu kehilangan papa…dan ikhlas memang obat terbaik..doa untuk kakak tercinta mak..
Makasih mak Indah
ikhlas, kata yang amat mudah diucapkan karena hanya 6 huruf saja, tetapi implementasinya dilapangan amat susah, tapi kita harus terus belajar untuk bisa ikhlas
betul, meski sulit tetap harus belajar untuk ikhlas
Inspiratif banged mba artikelnya tentang kesabaran ini, tersentuh saya pas membacanya. 🙂 Semoga saya bisa sabar seperti ini juga 😀
Terima kasih 🙂
sangat inspiratif mak, sayah suka sama postingannya terimakasih mak sudah berbagi informasi